Oleh, Pta. Dr. Nellson Maisin
Allah mencipta manusia dengan kasih dan membangun satu hubungan yang istimewa dengannya. Allah telah membuat taman Eden dan menempatkan manusia di situ agar manusia dapat menikmati segala kelimpahan berkat dan kemurahan-Nya. Allah memberi hak dan kebebasan kepada manusia untuk mengusaha dan memelihara taman itu (Kejadian 2: 15). Di taman Eden manusia bergaul bebas dengan Allah. Satu hubungan yang akrab dan jauh dari noda dosa. Itulah ibadah yang sejati dari semula.
Namun manusia yang pertama
itu telah gagal memahami dan menaati perintah Allah, lalu jatuh ke dalam perangkap
iblis. sejak dari saat itu, ibadah yang sejati itu telah rosak dan manusia
telah kehilangan kemuliaan Allah. Sejak itu manusia telah memikul beban yang
berat iaitu dosa. Kerana dosa, manusia mengenal erti kekhuatiran dan kesusahan
hidup. Manusia terpaksa bersembunyi kerana takut, gelisah dan malu.
Tetapi Allah itu baik dan
penuh dengan belas kasihan. Allah tetap rindu untuk memulihkan hubungan dengan manusia.
Meskipun manusia tidak setia, tetapi Allah tetap setia kerana Dia tidak dapat
bertentangan dengan diri-Nya sendiri (2 Timotius 2: 13). Itulah sebabnya
meskipun manusia yang pertama itu telah berdosa, Allah masih datang untuk
mencari dan memanggilnya, “Di manakan engkau?” (Kejadian 3: 9).
Pada zaman dahulu, untuk
menghampiri Allah, umat Israel memerlukan imam sebagai perantara. Hanya Imam
Besar yang dapat masuk ke ruang maha suci untuk mempersembahkan korban bagi
umat-Nya (Ibrani 9: 7). Dosa telah menjadi penghalang bagi manusia untuk
mendapatkan direct access kepada TUHAN. Kerana dosa, umat Israel tidak mengenal
siapa Allah yang mereka panggil sebagai Bapa.
Tanpa insiatif dari Allah
sendiri, manusia tidak dapat menikmati ibadah yang sejati. Manusia telah
berusaha dengan sedaya upaya. Namun dengan kekuatan sendiri, manusia hanya
menjadi letih dan berbeban berat. Itulah sebabnya Yesus telah datang ke dunia
ini agar kita dapat mengenal Allah Bapa melalui Dia (Kolose 2: 9). Yesus sangat
mengerti keletihan kita. Dia juga turut merasakan penderitaan kita. Oleh itu, Dia
sendiri telah menjadi Imam Besar bagi kita dengan mempersembahkan diri-Nya
sendiri sebagai korban pengampunan dosa, sekali untuk selamanya (Ibrani 9: 28).
Lalu Dia memanggil kita, “Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu.” Yesus bukan berbicara tentang keletihan dan beban pada tubuh
fizikal. Yang Tuhan maksudkan ialah kekuatan dan ketenangan bagi jiwa kita.
Jiwa kita hanya akan mengalami damai sejahtera yang sejati apabila berada dekat
dengan Tuhan. Inilah panggilan Tuhan yang sejati di dalam hidup kita iaitu
untuk kita menghampiri Allah dan beribadah kepada-Nya. Panggilan inilah yang
kita akan bawa sampai pulang ke rumah Bapa di syurga.
Ketika lockdown sedang
berkuatkuasa, kita tidak dibenarkan untuk kumpul beribadah di gereja. Namun
maksud ibadah yang sesungguhnya bukanlah terhad hanya di dalam gedung gereja,
melainkan menyembah-Nya di dalam Roh dan Kebenaran (Yohanes 4: 23). Inilah
Rahsia ibadah kita iaitu tidak ada satu perkara pun yang dapat memisahkan kita
dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Ibadah yang sejati
boleh dinikmati di mana sahaja kerana Roh Kudus sudah ada di dalam hati kita
sebagai satu jaminan kasih dan anugerah Allah bagi kita (2 Korintus 1: 22).
"Karena kita sekarang
mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus,
Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam
Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri
takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia
untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." Ibrani 4:14-16 (TB)
Terpuji dan termulialah Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.